Skip to main content

Posts

Showing posts from June, 2022

Miliki Mental Yang Sehat dengan Self-Love

   Halo teman cerita, Kalian tau ga si apa itu Self-Love ? Yang disebut dengan Self - Love atau Mencintai diri sendiri adalah kesadaran individu bahwa mereka bisa mencintai diri sendiri terlebih dahulu, menerima diri sendiri, dan memperlakukan diri sendiri dengan baik sebelum mencintai orang lain, akan tetapi Self-love bukan ajang yang mengharuskan kita untuk memenuhi diri dengan segala keinginan. Teman Cerita tau ga si, Ada cukup banyak loh kasus remaja mengalami gangguan kesehatan mental akibat dari kurangnya rasa mencintai diri sendiri. Salah satu aspek penting untuk menunjang kesehatan mental yang baik adalah dengan cara mampu mencintai diri sendiri. Ketika seseorang merasa sulit untuk menerima dirinya   apa adanya, ketika mereka merasa tidak pantas untuk dicintai, ketika mereka selalu merasa kurang, ketika mereka suka menyalahkan diri sendiri atas situasi yang kita di luar kendali, mereka sering menyalahkan diri sendiri. selalu di atas diri sendiri dan tidak ...

I Am (Not) Taking Gap Years

Halo Teman Cerita, saat ini atau pernah ga kalian ambil gap years ? Pasti udah tau dong ya, apa itu gap years ? Belum tau? Yaudah yuk kita bahas! Gap years merupakan sebuah istilah yang digunakan ketika seseorang mengambil waktu kosong atau waktu istirahat dalam pendidikan formalnya. Di Indonesia istilah gap years biasanya disematkan kepada seseorang yang sudah lulus sekolah menengah atas atau SMA/sederajat yang akan melanjutkan ke pendidikan selanjutnya yaitu perkuliahan. Gap years memiliki stigmanya sendiri di masyarakat, masih ada masyarakat yang mengasosiasikan gap years dengan malas, tidak niat sekolah, ataupun hal-hal negative lainnya. Padahal dalam psikologi, gap years ada manfaatnya loh. Penasaran kan apa aja manfaat gap years ? Dalam artikel di psychologyinaction.org, manfaat yang pertama adalah dengan memilih gap years kamu dapat membuat atau menabung uang kamu untuk keperluan lain yang lebih penting. Atau bisa juga menabung untuk masa perkuliahan kamu di waktu ya...

Love Your Body

  Teman Cerita saat ini berada di tahap apa nih? Loving Your Body atau Accepting Your BodyYour Body ?   Teman Cerita tau perbedaannya? Atau apakah baru mendengar kata-kata ini? Yuk kita bahas sedikit. Accepting your body berarti menerima bagaimana pun bentuk tubuh kamu saat ini. Tak peduli bagaimanapun bentuknya kamu akan tetap percaya diri dan menerima apa adanya. Tapi apakah itu cukup? Loving your body berarti mencintai tubuhmu sendiri, di masa lalu, masa sekarang, dan masa depan, bagaimanapun bentuknya. Mencintai bagaimana bentukmu merupakan tahapan selanjutnya dari menerima bagaimana bentuk tubuhmu. Dengan mencintai tubuhmu kamu akan merasa lebih bahagia, semakin percaya diri, dan peduli pada dirimu sendiri. Menerima bentuk tubuhmu saat ini dapat diartikan bahwa kamu pasrah akan keadaan, tidak bahagia sepenuhnya. Karena dalam pikiranmu, kamu masih berharap bahwa seharusnya kamu memiliki tubuh seperti itu. Kamu masih akan berpikir, mengandai-andai mengenai hal ...

Stigma dalam Psychology dan Mental Health

Kesehatan mental masih dianggap tabu untuk diperbincangkan bagian sebagai orang. Tetapi saat ini dengan semakin berkembangnya teknologi seperti media sosial semakin membuka pemikiran kita akan pentingnya pembicaraan atau pembahasan mengenai kesehatan mental ini.   Pembahasan mengenai pentingnya kesehatan mental ini semakin diperbincangkan bahkan dikampanyekan terlebih oleh pengguna-pengguna media sosial yang didominasi oleh kalangan-kalangan muda yang sudah semakin banyak terpapar informasi yang tak memiliki batas apapun. Seperti yang dituliskan dalam artikel di pijarpsikologi.org, terdapat beberapa stigma yang masih mengelilingi kesehatan mental dan dunia psikologi secara keseluruhan, seperti : 1.       Introvert sama dengan Anti Sosial Introvert merupakan kepribadian seseorang dimana menyendiri akan memberikan energi yang lebih untuk mereka dan keramaian akan menghabiskan energi mereka. Sedangkan anti sosial berarti seseorang yang sama sekali ‘anti’...

Mengenal PTG (Post-Traumatic Growth)

     Post-Traumatic Growth atau PTG merupakan kondisi Kesehatan mental setelah mengalami PTSD atau Post-Traumatic Stress Disorder dan berhasil mengawali kembali kehidupan mereka dengan cara yang berbeda seperti sebelum mereka mengalami trauma tersebut. Menurut Dr. Marianne Trent dan Lee Chambers dalam healthline.com, terdapat beberapa faktor yang memiliki peran yang penting dalam seseorang menghadapi trauma, yaitu : Seberapa kuat support system yang kamu miliki Bagaimana karakteristikmu, seorang yang terbuka dan extrovert akan lebih memudahkan kamu melalui trauma Bagaima kemampuanmu dalam memperbaiki kepercayaanmu dan mengakui trauma sebagai bagian dari kehidupan Dalam artikel yang sama, terdapat beberapa cara atau tips untuk tumbuh dan memperbaiki diri setelah mengalami trauma, yaitu : Merefleksi pengalaman dan emosi diri sendiri Mencari tempat dan koneksi dengan lingkungan luar seperti orang-orang yang kamu percaya dapat mem...

MENGENAL STOIKISME, UNTUK MENCAPAI HIDUP YANG TENANG

Hai Teman Cerita!  Apa Kabar? Semoga kalian baik-baik saja ya. Kalian merasa gak sih kalo semakin kita bertambah usia, semakin banyak tuntutan dari berbagai hal. Dari banyaknya tuntutan dalam kehidupan, kita pasti sering merasakan gelisah, cemas dan berbagai emosi negatif lainnya bukan?  Untuk membantu kita dalam mengurangi emosi negatif ini, kita akan membahas Filsafat Stoikisme yang akan membuat kita merasakan ketenangan dalam hidup.  Stoikisme merupakan sebuah filosofi yang berkaitan dengan menjaga pikiran untuk tetap tenang dan terhidar dari stress. Pada intinya, stoikisme ini merupakan sebuah konsep untuk dapat menguasai diri kita, dimana dalam berbagai kondisi kita dapat memfokuskan diri kita terhadap apa yang bisa kita kendalikan, bukan pada apa yang “tidak bisa kita kendalikan”.  Stoikisme merupakan ilmu filsafat Yunani Kuno yang didirikan selama apa yang disebut periode Helesentik, yaitu periode sejarah Mediterania yang membentang dari 323 SM (setelah...

About Leadership #3: Know His/Her Why

 Selesai dengan komunikasi asertif dan kecerdasan emosional, ada aspek mendasar namun juga merupakan aspek yang paling krusial yang perlu kamu ketahui, nih, Teman Cerita. Aspek tersebut merupakan aspek WHY, alias “mengapa”. Meski terlihat biasa saja, hal ini merupakan aspek terpenting yang membangun organisasi/perusahaan dari titik 0, lho. Kenapa? Why , mengapa, adalah pertanyaan paling mendasar, kenapa orang tersebut menjadi pemimpin atau kenapa orang tersebut ingin mendirikan organisasi/perusahaan. Tanpa why yang jelas, besar kemungkinan organisasi/perusahaan tersebut akan terombang-ambing dan tidak kuat dalam menghadapi tantangan. Demikian juga dengan seorang pemimpin, tanpa kejelasan alasan mengapa ingin memimpin, besar kemungkinan ia gampang goyah, tidak kuat dengan prinsip dan pendirian, bahkan lupa pada visi dan misi utama. Kalau sampai terjadi, bakal ribet banget, nih, Teman Cerita. Sebab, masa depan dan tujuan yang ingin dicapai oleh organisasi/perusahaan terkait menjadi ...

About Leadership #2: Emotional Intelligence

Hai, Teman Cerita, tadi kita sudah membahas perihal komunikasi asertif sebagai salah satu aspek yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin sejati. Nah, pada kesempatan kali ini, kita akan membahas soal kecerdasan emosional, aspek penting lainnya yang juga harus dimiliki oleh pemimpin. Kecerdasan emosional, apakah itu? Yuk, scroll! Tahukah kamu, bahwa bentuk kecerdasan manusia memiliki 3 jenis? Yup, kamu mungkin sudah tidak asing dengan salah satunya, yakni IQ alias kecerdasan intelektual. Dulu, IQ merupakan jenis yang penting banget, lho, buat menunjukkan kecerdasan seseorang. Sampai-sampai, beragam iklan suplemen penambah IQ hingga tips and trick meningkatkan nilai tes IQ bertebaran di mana-mana.  Akan tetapi, ada 2 jenis kecerdasan lainnya yang juga sama-sama penting dan tidak boleh dianggap rendah, Teman Cerita. 2 jenis kecerdasan tersebut yakni kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual. Namun, pada hari ini, kita akan membahas soal kecerdasan emosional terlebih dahulu, ya. ...

Overthinking

 Hai teman cerita … Kalian pasti ga asing dengar kata Overthinking , atau jangan-jangan kalian termasuk orang yang selalu Overthinking lagi. Tapi kalian tau ga sih kalau Overthinking bukan hal yang biasa loh, Overthinking merupakan fenomena penyakit mental loh. Orang yang terlalu banyak berpikir disebut overthinking .  Secara sederhana, overthinking dapat diartikan sebagai pemikiran berlebihan dalam  jangka waktu tertentu. Ini berbeda dengan pemikiran yang mendalam. Berpikir mendalam memiliki tujuan tertentu, tetapi berpikir berlebihan tidak memiliki tujuan dan sering menimbulkan rasa takut, panik, sedih, marah, dendam, dan kecewa. Banyak yang merasa bahwa overthinking terkait dengan banyaknya jumlah pikiran. Hal tersebut tidak salah sepenuhnya, mengingat bahwa jumlah pikiran manusia, menurut riset, memang sudah banyak. Namun, ini tidak semata-mata terkait jumlah pikiran, namun jumlah perhatian yang diberikan pada pikiran. Ada orang-orang mudah terpicu dengan hadirny...

About Leadership #1: Assertive Communication

 Halo, Teman Cerita, pernah memimpin sebuah organisasi? Atau proyek sekolah/kampus? Atau, pernah melihat seorang pemimpin yang berhasil dan kamu terinspirasi untuk menjadi sepertinya? Kalau gitu, kamu berada dalam laman yang tepat nih. Kenapa? Simak yuk. Teman Cerita, pemimpin, satu kata yang pastinya banyak kita dengar dan temui di mana saja, baik itu di rumah, di sekolah, di kampus, di organisasi, dan masih banyak lagi. Dengan segala wibawa dan semangat yang berkobar-kobar dalam diri mereka, mereka mampu membawa dampak positif di tempat yang mereka pimpin. Setiap perkataan yang mereka lontarkan, akan didengar sungguh-sungguh oleh bawahan dan koleganya, bahkan sampai dicatat, dan dilaksanakan. Hebat, bukan? Namun, apakah itu semua murni karena wibawa dan semangat yang berkobar-kobar? Eits, tentu saja tidak, Teman Cerita. Untuk menjadi pemimpin yang bisa didengar bawahan dan koleganya, ia harus terbukti dapat menjadi sosok pemimpin sejati. Salah satu aspek penting untuk menilai apa...

School of Life #3: Growth Mindset

  Teman Cerita, sudah pernah dengar ngga sih, soal growth mindset? Lebih dari itu, sudahkah kamu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari? Kalau soal sekedar dengar atau tahu, Teman Cerita pastinya bisa melewati pertanyaan di atas dengan mudah, ya. Akan tetapi, buat yang belum tahu, no worry , sebab Talk Positivity akan membahasnya dari awal juga kok. Menurut laman situs Glints, growth mindset adalah bentuk pola pikir dinamis yang terus berkembang. Berbanding terbalik dengan fix mindset , yang merupakan bentuk pola pikir statis dan stuck di tempat itu-itu saja. Melalui bukunya yang berjudul Mindset: The New Psychology of Success, Carol Dweck, seorang psikolog dari Stanford University, menyatakan bahwa untuk memperoleh kesuksesan, seseorang harus memiliki growth mindset .  Individu dengan growth mindset akan selalu percaya bahwa bakat yang dimilikinya selalu dapat dikembangkan menuju arah yang lebih baik. Apabila melalui kesulitan, mereka tidak akan serta-merta begitu saja b...

School of Life #2: Jujur dengan Diri Sendiri

  Halo, Teman Cerita, bagaimana kabarmu hari ini? Semoga semua baik-baik saja, ya? Oh ya, apakah hari ini kamu sudah jujur dengan dirimu sendiri? Jujur dengan sendiri? Sedikit abstrak bukan, Teman Cerita? Sebab, selama ini kita selalu diajarkan oleh orangtua dan sekitar kita, bahwa kita harus bersikap jujur dengan orang lain dan dalam setiap pekerjaan yang kita lakukan. Akan tetapi, rasanya jarang ada nasihat yang mengharuskan kita untuk jujur dengan diri sendiri. Dilansir dari Satu Persen, jujur dengan diri sendiri merupakan tindakan penerimaan secara total atas segala sesuatu yang ada dalam diri kamu. Penerimaan tersebut mencakup akan kekurangan dan kelebihan yang kamu miliki. Singkatnya, kamu menerima hal-hal yang benar apa adanya pada diri kamu. Sayangnya, karena terlalu memusingkan apa kata dan pikiran orang lain, secara tidak sadar kamu menjalani hidup dengan berusaha untuk menyenangkan perasaan dan memenuhi ekspektasi orang lain. Hmmm, apa kabarnya ya, perasaanmu? Kamu jadi ...

School of Life #1: Bersyukur

  Bersyukur, satu kata yang tentunya sering kita dengar bukan, Teman Cerita? Namun, sudahkah kamu benar-benar bersyukur hari ini? Rasanya, penjelasan mengenai arti bersyukur sudah banyak sekali bertebaran, entah di buku, sosial media, maupun penjelasan-penjelasan agamawi. Sayangnya, masih banyak orang yang terjerumus dalam penerapan rasa syukur yang salah, lho. Salah? Kok, bisa? Bersyukur kan, merupakan tindakan positif, kenapa bisa salah? Eits, jangan keliru, yang salah itu bukan aktivitas rasa bersyukur itu sendiri, Teman Cerita, melainkan penerapannya. Kamu pasti sudah tidak asing dengan kalimat-kalimat ini, deh: Kalimat 1: “Dibawa bersyukur aja, toh, banyak yang lebih susah dari kita.” Kalimat 2: “Aku mau bersyukur, asal keinginan A, B, C, D-ku, tercapai.” Kalimat 3: “Gitu aja kok sedih, coba deh syukur-in apa yang ada.” Hayo, mana dari ketiga kalimat di atas yang pernah atau bahkan masih kamu lakukan? Kalau semuanya pernah, waduh, kamu harus crosscheck lagi nih, Teman Jujur. K...

100% Love Yourself, Memangnya Bisa?

Belakangan ini marak perbincangan yang membahas soal love yourself alias mencintai diri sendiri. Bahkan, sebelum kita dapat mencintai diri sendiri dengan benar, kita tidak bisa, loh, mencintai orang-orang di sekitar kita dengan benar, termasuk sama ayang. Nah, loh, krusial banget ngga tuh, self-love itu? Self-love , dilansir Khoshaba (2012), adalah kondisi ketika kita dapat menghargai dan menerima diri sendiri dengan cara mengapresiasi diri kita apa adanya serta mampu berkomitmen untuk mengembangkan versi terbaik dari diri kita, be the best version of ourself , baik dalam perkembangan spritual, fisik, maupun psikologis. Sayangnya, tidak semua orang bisa mencintai diri mereka sebesar itu. Malahan, mereka cenderung melihat dirinya sebagai makhluk yang tidak berguna, bernilai, dan berharga. Salah satu faktor yang menyebabkan hal tersebut terjadi adalah karena mereka terlalu fokus melihat kekurangan diri dan hal-hal yang tidak bisa mereka lakukan ketimbang melihat dan mengapresiasi kelebih...