Skip to main content

School of Life #2: Jujur dengan Diri Sendiri

 Halo, Teman Cerita, bagaimana kabarmu hari ini? Semoga semua baik-baik saja, ya? Oh ya, apakah hari ini kamu sudah jujur dengan dirimu sendiri?


Jujur dengan sendiri? Sedikit abstrak bukan, Teman Cerita? Sebab, selama ini kita selalu diajarkan oleh orangtua dan sekitar kita, bahwa kita harus bersikap jujur dengan orang lain dan dalam setiap pekerjaan yang kita lakukan. Akan tetapi, rasanya jarang ada nasihat yang mengharuskan kita untuk jujur dengan diri sendiri.


Dilansir dari Satu Persen, jujur dengan diri sendiri merupakan tindakan penerimaan secara total atas segala sesuatu yang ada dalam diri kamu. Penerimaan tersebut mencakup akan kekurangan dan kelebihan yang kamu miliki. Singkatnya, kamu menerima hal-hal yang benar apa adanya pada diri kamu.


Sayangnya, karena terlalu memusingkan apa kata dan pikiran orang lain, secara tidak sadar kamu menjalani hidup dengan berusaha untuk menyenangkan perasaan dan memenuhi ekspektasi orang lain. Hmmm, apa kabarnya ya, perasaanmu? Kamu jadi terjebak dalam siklus tak berkesudahan yang dinamakan people-pleasing. People-pleasing merupakan aktivitas yang dilakukan hanya berdasarkan rasa tidak enakan pada orang lain yang mana berujung pada tuntutan untuk memenuhi permintaan seseorang. Tentunya, apabila hal ini dilakukan secara terus-menerus, kamu akan kelimpungan dan lelah sendiri, baik dalam aspek fisik dan aspek mental. Sebab, seperti yang kita tahu, mustahil bukan untuk menyengkan setiap orang? Selain merusak kesehatan fisik dan mental, perlahan-lahan kamu mulai menjauh dari dirimu yang apa adanya. Kamu takut orang lain menilai buruk dirimu dan kesukaanmu. Kamu terpaksa melakukan hal-hal yang sebetulnya tidak kamu suka, namun, mau tidak mau harus kamu lakukan, demi pandangan baik orang lain atas dirimu. Kamu yang tadinya suka minum teh, tetapi lingkungan sekitarmu sangat menyukai kopi pahit, dan kamu yang terlalu memusingkan pendapat orang lain, akhirnya ikut meminum kopi pahit tersebut, yang rasanya amat tidak kamu sukai. Bukankah sangat melelahkan, hidup dalam bayang-bayang seperti demikian? Bukankan sangat melelahkan, hidup dengan menggunakan topeng terus-menerus? Lantas, mengapa terus kamu lanjutkan? Coba ambil alih kendali hidupmu. Toh, ini memang hidupmu, hak penuh yang kamu miliki sejak ada dalam kandungan. Hanya ada satu untuk selamanya. Selagi tidak melukai dan melanggar hak orang lain, kenapa kamu tidak mencoba untuk mendengar dirimu sendiri dan melakukan hal-hal yang kamu sukai, Teman Cerita? Jadi, ayo, berikan kebebasan pada dirimu sendiri untuk berekspresi secara jujur, tanpa harus mempedulikan pandangan atau opini orang lain. Jadi, hari ini kamu belajar apa, Teman Cerita?



Comments