Skip to main content

About Leadership #3: Know His/Her Why

 Selesai dengan komunikasi asertif dan kecerdasan emosional, ada aspek mendasar namun juga merupakan aspek yang paling krusial yang perlu kamu ketahui, nih, Teman Cerita. Aspek tersebut merupakan aspek WHY, alias “mengapa”. Meski terlihat biasa saja, hal ini merupakan aspek terpenting yang membangun organisasi/perusahaan dari titik 0, lho. Kenapa?


Why, mengapa, adalah pertanyaan paling mendasar, kenapa orang tersebut menjadi pemimpin atau kenapa orang tersebut ingin mendirikan organisasi/perusahaan. Tanpa why yang jelas, besar kemungkinan organisasi/perusahaan tersebut akan terombang-ambing dan tidak kuat dalam menghadapi tantangan. Demikian juga dengan seorang pemimpin, tanpa kejelasan alasan mengapa ingin memimpin, besar kemungkinan ia gampang goyah, tidak kuat dengan prinsip dan pendirian, bahkan lupa pada visi dan misi utama. Kalau sampai terjadi, bakal ribet banget, nih, Teman Cerita. Sebab, masa depan dan tujuan yang ingin dicapai oleh organisasi/perusahaan terkait menjadi tidak terarah dan tidak jelas. 


Dalam bukunya yang berjudul Start With Why, Simon Sinek menjelaskan bahwa konsep why merupakan fondasi awal bagi sebuah organisasi/perusahaan untuk mencapai tujuan, meraih visi dan misi, serta dapat menginspirasi orang-orang di luar sana untuk memberikan kinerja dan konstribusi terbaiknya. 


Hanya sedikit organisasi/perusahaan yang bisa mengetahui dan menjawab bagian why ini. Bahkan, mereka juga dapat menguraikan alasan mengapa mereka melakukan hal-hal yang telah mereka lakukan. Tentunya, jawaban why ini bukan berbicara soal keuntungan materi melainkan hasil dari apa yang mereka kerjakan. Why adalah sebuah tujuan.


Lalu, bagaimana cara mengembangkan why ini?


Berikut beberapa cara yang bisa kamu lakukan, Teman Cerita:

Temukan apa yang kamu sukai

Temukan apa yang kamu kuasai

Temukan apa yang membuatmu bersemangat

Temukan apa yang membuatmu “hidup”

Temukan apa yang membuatmu fokus


Setelah kamu menemukan semua hal itu, kamu bisa mencari irisannya, Teman Cerita. Tidak perlu banyak, satu dua hal saja sudah sangat cukup. Ingat, quality over quantity. Setelah ketemu, kamu bisa mulai menggali, mengembangkan, dan memaksimalkan hal-hal yang ada dalam irisan tersebut, lho. Namun, yang perlu diingat, proses pencarian why ini berlanjut, berkembang, dan berproses seumur hidup. Jadi, tidak perlu khawatir apabila dalam prosesnya kamu memerlukan waktu yang lama atau bahkan hal-hal yang ada dalam irisan tersebut menghilang dan tergantikan oleh hal yang lain. Namanya juga hidup, ya kan?


Jadi, sudah belajar apa hari ini, Teman Cerita?


Comments