Halo, Teman Cerita, pernah memimpin sebuah organisasi? Atau proyek sekolah/kampus? Atau, pernah melihat seorang pemimpin yang berhasil dan kamu terinspirasi untuk menjadi sepertinya? Kalau gitu, kamu berada dalam laman yang tepat nih. Kenapa? Simak yuk.
Teman Cerita, pemimpin, satu kata yang pastinya banyak kita dengar dan temui di mana saja, baik itu di rumah, di sekolah, di kampus, di organisasi, dan masih banyak lagi. Dengan segala wibawa dan semangat yang berkobar-kobar dalam diri mereka, mereka mampu membawa dampak positif di tempat yang mereka pimpin. Setiap perkataan yang mereka lontarkan, akan didengar sungguh-sungguh oleh bawahan dan koleganya, bahkan sampai dicatat, dan dilaksanakan. Hebat, bukan? Namun, apakah itu semua murni karena wibawa dan semangat yang berkobar-kobar?
Eits, tentu saja tidak, Teman Cerita. Untuk menjadi pemimpin yang bisa didengar bawahan dan koleganya, ia harus terbukti dapat menjadi sosok pemimpin sejati. Salah satu aspek penting untuk menilai apakah seseorang merupakan pemimpin yang sejati atau bukan, adalah dari aspek komunikasinya. Pemimpin yang sejati pastinya mempunyai komunikasi yang sifatnya asertif.
Komunikasi asertif sendiri merupakan komunikasi yang dilakukan untuk menyampaikan keinginan, kebutuhan, opini, perasaan, serta harapan secara tegas dan jujur, tanpa merendahkan dan melanggar hak orang lain. Komunikasi asertif sangat berguna bagi seorang pemimpin agar ia bisa mengatur organisasi beserta sumber daya manusia yang berada dalam organisasinya dengan efektif dan efisien.
Kebayang ngga tuh, kalau ada pemimpin yang malah semena-mena, berkomunikasi tanpa pikir panjang yang berujung pada pelanggaran hak orang lain, drama banget kan pastinya? Hal-hal ini tentunya akan menghambat kinerja dan pertumbuhan organisasi. Oleh karena itu, komunikasi asertif merupakan aspek penting yang harus dimiliki seorang pemimpin agar ia dapat menjadi pemimpin yang baik, dan tentunya pemimpin yang sejati.
Keberhasilan dalam berkomunikasi inilah yang juga akan menjadi penentu apakah organisasi yang ia pimpin akan berhasil atau tidak. Tentunya, apabila diterapkan secara benar, besar kemungkinan organisasi tersebut akan berhasil. Walau tidak dipungkiri, faktor-faktor keberhasilan suatu organisasi tidak hanya dinilai dari aspek ini saja. Namun, apabila sudah memiliki komunikasi yang asertif, setidaknya pemimpin dan organisasi tersebut dapat terhindar dari drama yang tidak diperlukan. Lumayan, jadi lebih menghemat waktu dan tenaga, bukan?
Nah, jadi, kamu sudahbelajar apa hari ini, Teman Cerita?
Comments
Post a Comment