Skip to main content

Wisata Sejarah yang Mulai Dilupakan

Sumber : Wikipedia


Salatiga (06/06/2021) - Terkenal akan ketentramannya dan toleransinya Salatiga memiliki berbagai sejarah masa lalu yang unik dan patut diketahui. Mulai dari sejarah penamaan kota Salatiga yang berasal dari kata salah tiga karena kesalahan tiga orang, legenda baru klinting yang menyebabkan adanya Rawa Pening, bahkan hingga satu-satunya prasasti di Salatiga yaitu prasasti Plumpungan.


Prasasti yang ditemukan di Dukuh Plumpungan, Desa Kauman Kidul, Kecamatan Sidorejo, Kota Salatiga ini merupakan sebuah prasasti yang menceritakan kejadian berdirinya kota Salatiga. Prasasti ini ditulis dengan Bahasa Sansekerta Bahasa dan Jawa Kuno di sebuah batu andesit yang berukuran panjang 170 cm, lebar 160 cm, dengan garis lingkar 5 meter. Prasasti Plumpungan berisi tentang keterangan bebas pajak berupa tanah perdikan. Tanah perdikan berarti suatu daerah akan dibebaskan dari segala kewajiban pajak atau upeti oleh Raja Bhanu meliputi Salatiga dan sekitarnya.


Dalam Prasasti Plumpungan terdapat tulisan 'Srir Astu Swasti Prajabhyah', yang artinya: 'Semoga Bahagia, Selamatlah Rakyat Sekalian' dengan diberi keterangan hari Jumat, tanggal 24 Juli tahun 750 Masehi. Keterangan ini lah kemudian menjadi cikal bakal Kota Salatiga dan kemudian tanggal 24 Juli hingga saat ini diperingati sebagai hari jadi Kota Salatiga.


Selain prasasti berusia lebih dari 1200 tahun, di wilayah yang sama juga ditemukan batu lingga yoni dan patung yang tersebar. Batu lingga yoni ini memiliki kondisi yang masih bagus dan utuh.


Salatiga, Prasasti Plumpungan sedang dalam tahap renovasi.

(6/62021) Dok. Pribadi


Sayangnya, kurangnya perhatian pemerintah dan partisipasi masyarakat, Prasasti Plumpungan yang merupakan sebuah wisata sejarah ini seakan terlihat ditinggalkan. Bagaimana tidak, sedikitnya pengunjung yang datang dapat menjadi bukti wisata sejarah ini mulai dilupakan. Walaupun pemerintah selalu melakukan renovasi untuk menjaga keutuhan prasasti hingga membuat batik yang bergambar pola batu Plumpungan yang menjadi khas Kota Salatiga, perhatian masyarakat terhadap adanya Prasasti Plumpungan ini masih dipertanyakan.


Pasalnya jika hal ini tetap dilakukan tanpa ada promosi serta perhatian lebih untuk wisata sejarah ini, kedepannya generasi muda atau generasi penerus mungkin akan tidak tahu jika di daerah Salatiga yang mereka tempati ini memiliki sebuah bukti sejarah akan kelahiran kotanya. Teknologi dan internet akan menutupi sejarah yang nyata secara fisik dan perlu diketahui.


Dengan memaksimalkan fasilitas dan promosi di wisata sejarah Prasasti Plumpungan ini, selain untuk menarik perhatian masyarakat untuk berkunjung dan mengetahui serta mempelajari sejarah Kota Salatiga, juga dapat memberikan mata pencaharian bagi masyarakat setempat. (RA)


Comments