![]() |
Ilustrasi wisatawan memadati kawasan wisata Candi Prambanan di Daerah Istimewa Yogyakarta. Pemda DIY baru-baru ini berencana untuk menutup seluruh objek wisata di DIY. (Foto : pixabay.com) |
Objek wisata di Daerah Istimewa Yogyakarta terancam ditutup sebagai dampak dari kasuspenularan virus Covid-19 yang meningkat di Daerah Istimewa Yogyakarta. Hal itu disampaikan oleh Sekda DIY, Kadarmanta Baskara Aji, yang mengataka ada kemungkinan untuk menutup sementara tempat wisata di sekitar DIY apabila kasus Covid-19 tidak kunjung menurun. Seperti yang dikutip oleh tribunnews.com, ia mengatakan penutupan tempat wisata menjadi salah satu alternatif yang dilakukan apabila kasus harian Covid-19 masih tinggi.
"Saya kira salah satu
alternatif (penutupan tempat wisata), nanti kalau kita lihat perkembangan pesat
ini tidak berhenti-berhenti dan kita sinyalir juga berasal dari rumah tangga
tapi rumah tanga salah satunya itu berasal dari tempat wisata," kata Aji,
sapaan akrab beliau, ketika ditemui di Kepatihan Pemda DIY, Jumat (18/6/2021).
Menurutnya, penutupan tempat wisata ini sangat dimungkinkan. Hal ini
dikarenakan pembatasan kapasitas sebanyak 10 sampai 25 persen yang dilakukan
selama ini dinilai oleh pelaku industri pariwisata tidak dapat menjangkau biaya
operasional. "Saya kira kalau dibuka 10 persen atau 25 persen itu kan juga
ora cucuk (tidak cocok) biaya operasionalnya," jelasnya.
Namun dalam
penerapannya nanti, tidak semua tempat wisata akan ditutup. Aji mengatakan
bahwa hanya tempat wisata yang berada di zona merah saja yang akan ditutup. Sementara
itu, untuk objek wisata yang berada di daerah oranye dan hijau akan ditutup
secara berkala dan kemudian jumlah pengunjung akan dikurangi 25 persen dari
total kapasitas ibjek wisata.
Perlu diketahui
penutupn tempat wisata serta pembatasan wisatawan ini dilakukan karena kasus
lonjakan Covid-19 di Daerah Istimewa Yogyakarta. Sebelumnya Gubernur Provinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta, Sri Sultan Hamengku Buwono X, juga mewacanakan akan
melakukan lockdown untuk kawasan DIY. Hal ini dilakukan karena Pemberlakuan
Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Mikro dinilai sudah tidak efektif.
Pemilihan opsi
lockdown ini diambil oleh beliau setelah mempertimbangkan kondisi ketersediaan
tempat tidur di rumah sakit yang semakin penuh. Beliau menuturkan ketersediaan
Bed Occupancy Rate seharusnya 36 persen. Namun di DIY ketersediaan BOR tersebut
sudah mencapai 75 persen.
Comments
Post a Comment